JAKARTA – Korlantas Polri menegaskan komitmennya sebagai garda terdepan keselamatan jalan raya.
Dalam Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Ditlantas Polda jajaran Tahun Anggaran 2025, Direktur Penegakkan Hukum Korlantas Polri Brigjen Pol Faizal mengumumkan capaian signifikan, angka kecelakaan dan fatalitas korban menurun secara konsisten sepanjang 2024 hingga memasuki 2025.
Penurunan ini bukan terjadi secara kebetulan. Menurut Brigjen Faizal, hasil tersebut diperoleh berkat strategi terpadu yang menggabungkan pendekatan preemtif, preventif, hingga respons cepat di lapangan.
“Jumlah penduduk dan kendaraan terus bertambah setiap tahun, tapi kecelakaan justru bisa kita tekan. Artinya upaya kita berhasil,” tegasnya, Rabu (1/10).
PPGD Jadi Senjata Utama, bukan Sekadar Menilang, Tapi Menyelamatkan Nyawa
Salah satu fokus utama Rakor adalah peningkatan kemampuan Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD).
Korlantas menggandeng tenaga ahli Kementerian Kesehatan untuk melatih langsung personel lalu lintas agar mampu bertindak cepat saat detik-detik kritis terjadi di lokasi kecelakaan.
“Polantas hari ini tidak hanya menegakkan hukum, tapi menjadi first responder yang mampu menyelamatkan korban,” ujar Brigjen Faizal.
Sementara pelayanan humanis, pengawalan Ambulans Dipastikan Tetap Berjalan
Menjawab polemik kebijakan pembatasan strobo dan sirine, Korlantas meluruskan bahwa pengawalan untuk ambulans, pemadam kebakaran, hingga kendaraan kemanusiaan tetap diwajibkan.
“Instruksi Kakorlantas jelas: rumah sakit, puskesmas, atau pihak mana pun yang butuh pengawalan, layani tanpa ragu,” kata Faizal.
Diketahui, laporan pengawalan kini dikirim setiap hari ke pimpinan sebagai bukti transparansi dan konsistensi pelayanan publik.
Demikian halnya dari Penegakan hukum ke edukasi kesadaran, meski penindakan tetap dilakukan terhadap pelanggaran berat, Korlantas tidak ingin hanya mengandalkan tilang sebagai solusi.
“Yang kita kejar bukan banyaknya sanksi hukum, tapi tumbuhnya kesadaran berkendara dari diri sendiri,” tegas Faizal.
Program edukasi keselamatan, forum diskusi di daerah, hingga kampanye safety riding kini diperluas hingga level kabupaten dan desa.
Rakornis kali ini tak hanya menjadi agenda tahunan, melainkan konsolidasi besar menuju transformasi Polantas yang lebih modern, responsif, dan empatik.
Dengan turunnya angka fatalitas dan meningkatnya kualitas layanan, Polantas membuktikan bahwa keselamatan adalah kerja nyata, bukan slogan.
Capaian Korlantas Polri dalam menurunkan angka kecelakaan dan fatalitas sepanjang 2024–2025 mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.
Tak hanya dari internal kepolisian, pengamat transportasi dan kelompok masyarakat sipil juga mengakui perubahan nyata di lapangan.
Pengamat keselamatan transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Ir. Bambang Prihantoro, menilai Polantas kini jauh lebih proaktif dan humanis.
“Dulu polisi lalu lintas dikenal hanya sebagai ‘penindak’. Sekarang mereka hadir sebagai penjaga keselamatan. Penurunan fatalitas bukan kebetulan, tapi hasil dari respon cepat dan pelatihan PPGD,” ujarnya.
Sejumlah aktivis pun soal Keselamatan mengakui, kesuksesan Polisi yang diharapkan.
Direktur Eksekutif Safety Road Watch, Lilis Wahyuni, menilai program pengawalan ambulans dan pelibatan Kemenkes dalam pelatihan PPGD adalah terobosan besar.
“Bagi kami, keberhasilan polisi bukan di jumlah tilang—tetapi berapa nyawa yang berhasil diselamatkan. Dan tahun ini kita mulai melihat hasilnya,” tegas Lilis.
Sejumlah warga juga mulai merasakan langsung perbedaan layanan Polantas di lapangan.
Slamet, sopir ambulans di Bekasi, mengaku kini lebih mudah meminta pengawalan.
“Dulu kalau minta pengawalan harus cari-cari nomor sendiri. Sekarang cukup telepon pos lalu lintas, lima menit polisi datang,” katanya.
Yang jelas, polantas bukan hanya penjaga lalu lintas, mereka kini adalah penjaga kehidupan. (*)