Opini: Enyahkan Hedonisme Personil Polri
Oleh: Zulkifli Malik
Baru-baru ini, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, menekankan pada seluruh personil kepolisian di republik ini, wajib tampil sederhana dan menghilangkan kesan hidup hedonis (gaya hidup berlebihan) dalam tugas keseharian.
Tentunya, penekanan kapolri ini diapresiasi seluruh lapisan masyarakat dan akan menjadi dasar upaya polri untuk bisa meraih kembali kepercayaan publik sebagai polisi yang dekat dengan rakyat serta tidak dipisahkan oleh gaya hidup yang dapat menimbulkan kesenjangan ataupun kecemburuan sosial.
Seperti penekanan jenderal polisi bintang empat tersebut, juga menggambarkan sebagian oknum anggota kepolisian selama ini, banyak yang bergaya hidup glamor yang kerap menjadi cibiran masyarakat dengan mempertontongkan kemewahan yang dimiliki, termasuk saat menjalankan tugas.
Kepolisian RI yang kini tengah berbenah untuk lebih dipercaya masyarakat, dan ingin kesan hedonis yang merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia, wajib dihentikan
Misalnya saat menjalankan tugas, seyogyanya personil kepolisian, khususnya di layanan publik, tak menampakkan kemewahan yang dapat membuat publik menjadi risih.
Kita mungkin ketahui, kesederhanaan dalam penampilan seorang anggota kepolisian menjadi rambu-rambu pembatas untuk mengingatkan bahwa seorang polisi harus menjadi teladan masyarakat.
Nah, seiring dengan digalakkannya perubahan di tubuh Polri saat ini, menghilangkan kesan Hendonisme di tubuh anggota Polri mengingatkan kita pada konsep hidup sederhana yang juga tengah dijalankan oleh Presiden RI.
Anggota kepolisian baik yang berpangkat terendah hingga berpangkat bintang (jenderal), saat ini mau tak mau atau suka atau tak suka wajib tak menjalankan polah hidup Hendonisme, khususnya dalam berdinas.
Penulis juga mengutip dari gramedia.com, konsep hidup secara sederhana ini membuat seseorang menjadi lebih baik dan efektif. Hal ini dikarenakan seseorang dengan hidup minimalis umumnya memiliki pola pikir sederhana dan tidak rumit dalam menentukan sebuah konsep.
Apabila kita menerapkan hidup minimalis sama saja kita memilih untuk mengenal diri dan menetukan hal yang membuat diri sendiri bahagia. Karena dengan hidup sederhaan, kita bisa lebih mengenal diri sendiri, menekuni hobi, lebih mensyukuri hidup, dan dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial.
Kita juga mungkin sepakat, kalau tataran konsep Kapolri terkait tak diinginkannya kesan gaya hidup hendonisme di kepolisian, telah menghantar kepolisian di republik ini menjadi lebih baik dan dicintai oleh rakyat sebagai pelindung dan pengayom.
Demikian kecerdasan Kapolri yang mengeluarkan instruksi larangan terkait pakai mobil mewah cukup Toyota Kijang Innova atau setaranya agar tidak dengan style bermewah-mewahan.
Menurut Sigit, anggota kepolisian diharapkan untuk meninggalkan kebiasaan berpenampilan hedon, termasuk menggunakan mobil bagus atau motor bagus baik saat menjalankan dinas maupun di kehidupan sehari-hari.
Sementara jika menelisik kembali kilas balik sejarah kesederhanaan polisi, personil kepolisian wajib bercermin pada kehidupan sosok mantan Kapolri yang menjabat periode 1968-1971, ia bernama Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso.
Hoegeng di mata Korps Bhayangkara, menjadi sosok polisi yang penuh keteladanan. Figur pejabat Kapolri pertama yang jujur, sederhana, disiplin dan memegang prinsip dalam hidupnya, bukan hisapan jempol belaka. Bahkan, pasca diberhentikan dari jabatan Kapolri dalam usia yang muda, Hoegeng menolak menerima tawaran jabatan sebagai Duta Besar (Dubes) di berbagai negara.(*)